E-LIB SMKNDUA TANJUNGPINANG

SELAMAT DATANG DI E_LIB ES EMKA N DUA TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU

Jumat, 17 Februari 2012

TUJUH OBAT ALAMI MENGHINDARI BATU GINJAL


PEMBENTUKAN batu dalam ginjal atau saluran kencing merupakan gangguan yang umum terjadi. Batu ini terbentuk dari zat kimia yang terdapat dalam air seni, seperti asam urat, fosfor, kalsium dan asam oksalat. Batu terbentuk dan membesar karena konsentrasi substansi tertentu dalam air seni sudah melebihi daya larutnya.

Sekitar 90 persen batu mengandung kalsium sebagai komponen utama. Lebih 50 persen dari jumlah ini merupakan campuran kalsium, amonium dan magneisum, fosfat dan karbonat.

Gejala
Rasa sakit parah batu ginjal biasanya disebabkan batu bergerak melewati saluran kencing ke kandung kemih. Rasa sakit pertama-tama akan terasa di bagian sisi, dan selanjutnya di dalam selangkangan dan paha.

Gejala lain batu ginjal adalah sering-sering ingin buang air seni, sakit saat kencing, jumlah air seni hanya sedikit, mual, muntah, berkeringat dan panas dingin. Selain itu, pasien juga bisa mengeluarkan darah saat buang air seni.

Cara mengatasi
Kidney bean (seperti kacang merah)
Kacang ini dinyatakan sangat efektif dalam mengatasi gangguan ginjal, termasuk batu ginjal. Caranya, lepaskan kacang dari kulit, kemudian iris kulit kacang hingga sekitar 60 gram. Selanjutnya, masukkan ke dalam empat liter air panas, rebuslah dengan api kecil selama enam jam. Cairan ini sebaiknya disaring dengan kain kasa halus dan didinginkan selama delapan jam.

Selanjutnya, cairan kembali disaring dengan kain kasa halus tanpa menggoyang kain. Setelah disaring, minumlah satu gelas cairan tersebut setiap dua jam sekali sepanjang hari. Teruskan selama beberapa kali seminggu. Cairan ini tidak berfungsi jika sudah lebih dari 24 jam.

Kemangi

Kemangi mempunyai efek menguatkan ginjal. Dalam kasus batu ginjal, cobalah mengonsumsi satu sendok teh jus kemangi dan satu sendok teh madu. Konsumsi setiap hari selama enam bulan. Cara ini dinyatakan bisa mengeluarkan batu dari saluran kencing.

Apel

Apel juga berperan dalam mengatasi batu ginjal. Di negara-negara yang menggunakan sari apel alami tanpa pemanis sebagai minuman sehari-hari, kasus batu ginjal hampir tidak ada. Akan tetapi, buah apel segar dinyatakan lebih bermanfaat.
Anggur
Anggur bermanfaat sebagai diuretik karena kaya air dan garam kalium. Selain itu, buah satu ini juga mempunyai kandungan albumin dan sodium klorida rendah, sehingga cocok untuk mengatasi batu ginjal.
Buah delima
Biji buah delima dinyatakan bagus untuk mengatasi batu ginjal. Cobalah mengonsumsi satu sendok makan biji buah delima setelah dihaluskan hingga menjadi bentuk pasta.

Semangka
Semangka merupakan buah paling kaya air dibandingkan dengan buah lainnya. Selain itu, buah ini juga kaya garam kalsium. Buah ini merupakan salah satu diuretik teraman dan paling baik yang bisa digunakan untuk mengatasi batu ginjal.


Vitamin B6
Penelitian, seperti dikutip situs home-remedies-for-you.com, menunjukkan kesuksesan vitamin B6 dalam mengatasi batu ginjal. Cobalah mengonsumsi 100 hingga 150 mg vitamin B6 per hari. Ada baiknya dipadukan dengan vitamin B kompleks lainnya. Konsumsi selama beberapa bulan untuk mendaatkan hasil permanen. Akan tetapi, ada baiknya berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan dosis yang paling tepat untuk Anda.(MI/DNI)

sumber : mertro tv.com

ISLAM DAN KEPUASAN KERJA


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Sekarang ini pertumbuhan dunia usaha di tanah air mengalami banyak kemajuan, hal itu terlihat semakin bermunculannya industri yang bervariatif serta menampung banyak pencari kerja. Hal itu tentu berdampak pada pengelolaan yang lebih baik agar industri yang dijalankan dapat lebih bertambah atau bahkan dapat lebih berkembang. Yang dikelola oleh industri tidak hanya sesuatu yang bersifat material seperti uang, mesin atau bahan-bahan lainnya yang diperlukan dalam memproduksi suatu barang tetapi juga hal-hal yang bersifat non material yakni sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan tersebut.
            Jika dibandingkan dengan unsur-unsur lain dalam perusahaan, menurut beberapa ahli sumber daya manusia adalah unsur terpenting dan paling kompleks. Dalam industri, perhatian bukan hanya terfokus pada keuntungan yang didapat tetapi juga kepada karyawan yang menjalankan roda perusahaan. Perusahaan berkembang menjadi lebih besar bukan karena modal yang besar atau hasil produksi yang berlimpah tetapi juga faktor sumber daya manusia yang berkualitas dalam menghasilkan barang ataupun jasa.
            Terkait arti pentingnya sumber daya manusia dalam perusahaan maka keberadaannya harus pula dilindungi dalam hal kesejahteraan, kesehatan, dan keamanan. Dalam bekerja manusia mendambakan suatu kepuasan kerja baik dari segi materiil maupun segi moril. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual, artinya setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Hal tersebut disebabkan adanya perbedaan pada masing-masing individu (Munandar, 2001).
            Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam manajemen sumber daya manusia, baik langsung atau tidak langsung akan berpengaruh terhadap produktifitas kerja. Kepuasan kerja berkenaan dengan kesesuaian antara harapan seseorang dengan imbalan yang disediakan (Robbins, 2003). Robbins (2003) menyatakan bahwa kepuasan kerja berkenaan dengan kesesuaian antara harapan dengan kenyataan yang tersedia. Kepuasan kerja yang rendah akan berdampak negatif terhadap produktifitas kerja.
            Menurut As’ad (2003) kepuasan kerja dapat berpengaruh pada perilaku karyawan antara lain produktifitas, kehadiran, kecelakaan kerja dan pengunduran diri. Hal senada juga dikemukakan oleh Keith dan Davis (dalam Mangkunegara, 2004) bahwa pada organisasi yang tingkat kepuasan kerja karyawannya kurang terdapat angka pengunduran karyawan yang lebih tinggi.
            Berkenaan dengan masalah kepuasan kerja karyawan, ada banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan karyawan dalam pekerjaannya diantaranya sistem kompensasi yang dianggap tidak adil menurut persepsi pegawai dan gaya kepemimpinan dari seseorang yang secara organisasi berada dalam tingkatan yang lebih tinggi dari dirinya. Dari segi kompensasi, setiap karyawan akan selalu membandingkan antara hasil input dirinya dengan hasil input orang lain. Perlakuan yang tidak sama baik dalam reward maupun punishment merupakan sumber kepuasan atau ketidakpuasan karyawan. Dalam hal gaya kepemimpinan bahwasanya bekerja tanpa adanya arahan akan mengakibatkan pekerjaan menjadi tidak sesuai dengan apa yang diinginkan dan akan mengakibatkan menurunnya motivasi untuk bekerja.
            Terkait dengan itu, Islam mengajarkan dalam bekerja hendaklah kita tidak terlalu mementingkan materi saja, tetapi harus pula disertai dengan keikhlasan, sabar, dan syukur. Sehingga kita bisa bekerja dengan sepenuh hati dan akibatnya kita akan merasakan kepuasan dalam bekerja.


BAB II
PEMBAHASAN

A.  Kepuasan Kerja
            Kepuasan kerja secara umum menyangkut sikap seseorang mengenai pekerjaannya. Karena menyangkut sikap, pengertian kepuasan kerja mencakup berbagai hal seperti kondisi dan kecenderungan perilaku seseorang. Kepuasan-kepuasan itu tidak tampak, tetapi dapat diwujudkan dalam suatu hasil pekerjaan. Kepuasan kerja akan berbeda pada masing-masing individu dan sangat sulit untuk mengetahui ciri-ciri kepuasan dari masing-masing individu. Namun demikian, cerminan dari kepuasan kerja itu dapat diketahui.
            Untuk mengetahui tentang pengertian kepuasan kerja ada beberapa pendapat sebagaimana menurut Siegel dan Lane dalam batasan yang diberikan oleh Locke (Munandar, 2001), bahwa kepuasan kerja adalah
            “The appraisal of one’s job as attaining or allowing the attainment of one’s important job values, providing these values are congruent with or help fulfill one’s basic needs” (Penilaian pekerjaan seseorang dalam pencapaian nilai pekerjaan seseorang yang penting serta menyediakan nilai-nilai tersebut yang sesuai dengan kebutuhan dasar seseorang).
            Sementara itu, Howell dan Dipboye (Munandar, 2001) berpendapat bahwa kepuasan kerja sebagai hasil keseluruhan dari derajat rasa suka atau tidak sukanya karyawan terhadap berbagai aspek dari pekerjaanya. Denga kata lain kepuasan kerja mencerminkan sikap karyawan terhadap pekerjaannya.
            Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kepuasan kerja merupakan perasaan yang menyangkut karyawan terhadap pekerjaannya, apakah memuaskan atau tidak.
            Adapun teori-teori yang berkaitan dengan kepuasan kerja menurut Munandar (2001) ada tiga macam, yakni :
A. Discrepancy Theory (Teori Pertentangan)
            Teori dari Locke ini menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan terhadap aspek-aspek pekerjaan memperlihatkan pertimbangan dua nilai, yaitu 1.) Pertentangan yang dipersepsikan antara apa yang diinginkan individu dengan apa yang ia terima; dan 2.) pentingnya apa yang diinginkan bagi individu tersebut. Menurut Locke juga individu akan merasa puas atau tidak puas merupakan hal pribadi, tergantung bagaimana mempersepsikan ada kesesuaian atau pertentangan antara keinginan-keinginannya dan hasil keluarannya.
B. Facet Satisfaction (Model Kepuasan Bidang/Bagian)
            Menurut teori ini, orang akan puas dengan bidang tertentu dari pekerjaan mereka jika jumlah dari bidang mereka persepsikan harus mereka terima untuk melaksanakan kerja mereka sama dengan jumlah yang mereka persepsikan dari yang secara actual mereka terima.
C. Opponent-Process Theory (Teori Proses-Bertentangan)
            Prinsip teori ini adalah jika individu memperoleh imbalan atas pekerjaan yang dilakukan mereka merasa senang, sekaligus ada rasa tidak senang. Setelah beberapa waktu rasa senang tersebut menurun sedemikian rupa sehingga menjadi agak sedih sebelum kembali lagi ke tingkatan normal. Hal ini terjadi karena emosi yang berlawanan berlangsung lebih lama.
           
            Selain teori tersebut, juga ada teori lain yang membahas kepuasan kerja two factor theory yang dikemukakan oleh Herzberg (Alim, 2009). Two factor theory ini juga dikenal dengan motivator hygiene theory, teori Herzberg ini diturunkan atas pembagian hierarki kebutuhan Maslow menjadi kebutuhan atas dan bawah. Kebutuhan tingkat atas pada teori Herzberg yang diturunkan dari maslow adalah penghargaan dan aktualisasi diri yang disebut sebagai motivator, sedangkan kebutuhan yang lain digolongkan menjadi kebutuhan bawah yang disebut sebagai hygiene factor. Kebutuhan lain tersebut adalah kebutuhan sosial, rasa aman dan fisiologis. Terdapat faktor-faktor tertentu yang diasosiakan dengan kepuasan kerja dan faktor-faktor tertentu yang disosiasikan dengan ketidakpuasan kerja. Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja antara lain (Alim, 2009) :
  1. Tanggung jawab (responsibility), besar kecilnya yang dirasakan dan diberikan pada tenaga kerja.
  2. Kemajuan (advancement), besar kecilnya kemungkinan tenaga kerja dapat maju dalam pekerjaannya.
  3. Pencapaian (achievement), besar kecilnya tenaga kerja mencapai prestasi kerja yang tinggi.
  4. Pengakuan (recognition), besar kecilnya pengakuan yang diberikan kepada tenaga kerja atas kinerjanya.
  5. Pekerjaan itu sendiri (work it self), besar kecilnya tantangan bagi tenaga kerja dari pekerjaannya.
Semua faktor diatas sering kali berhubungan dengan isi (content) dari sebuah pekerjaan, itu mengapa seringkali disebut juga content factor. Sedangkan kelompok-kelompok faktor yang berhubungan dengan ketidakpuasan dalam pekerjaan seringkali disebut dengan context factor. Faktor-faktor ini adalah (Alim, 2009) :
  1. Kebijakan perusahaan (company policy), derajat kesesuaian yang dirasakan tenaga kerja dari semua kebijakan dan peraturan yang berlaku diperusahaan.
  2. Penyeliaan (supervision), derajat kewajaran penyeliaan yang dirasakan oleh tenaga kerja.
  3. Gaji (salary), derajat kewajaran gaji/upah sebagai suatu imbalan atas hasil kerjanya (performance)
  4. Hubungan antar pribadi (interpersonal relations), derajat keseuaian yang dirasakan dalam berinteraksi dengan tenaga kerja lainnya.
  5. Kondisi kerja (working condition), derajat kesesuaian kondisi kerja dengan proses pelaksanaan pekerjaannya.
Content factor dalam teori Herzberg sering disebut dengan motivator, yaitu faktor faktor yang dapat mendorong orang untuk dapat memenuhi kebutuhan tingkat atasnya dan merupakan penyebab orang menjadi puas atas pekerjaannya. Bila content factor ini tidak ada, maka akan dapat menyebabkan seseorang tidak lagi puas atas pekerjaannya atau orang tersebut dalam keadaan netral, merasa tidak ”puas” tetapi juga tidak merasa ”tidak puas”. Sedangkan context factor, yang berhubungan dengan lingkungan pekerjaan ini sering disebut dengan hygiene factor, dimana pekerjaan memberikan kesempatan untuk seseorang dalam pemenuhan kebutuhan tingkat bawah. Bila context factor yang tidak terpenuhi, tidak ada, ataupun tidak sesuai maka dapat membuat pekerja merasa tidak puas (dissatisfied). Dalam ketidakterpenuhinya context factor akan membuat tenaga kerja banyak mengeluh dan merasa tidak puas, tetapi bila dipenuhi maka pekerja akan berada pada posisi tidak lagi tidak puas (bukan berarti puas) atau tepatnya dalam keadaan posisi netral.
            Menurut Blum (As’ad, 2003) terdapat faktor-faktor yang memberikan kepuasan kerja, antara lain :
a. Faktor Individual
            Yang terdiri dari umur, kesehatan, watak dan harapan.
b. Faktor Sosial
            Meliputi hubungan kekeluargaan, pandangan masyarakat, kesempatan berekreasi, kegiatan perserikatan pekerja, kebebasan berpolitik, dan hubungan kemasyarakatan.
c. Faktor Utama (Pekerjaan)
            Terdiri dari upah/gaji, pengawasan, ketentraman kerja, kondisi kerja, dan kesempatan untuk maju. Selain itu, juga penghargaan terhadap kecakapan, hubungan social dalam pekerjaan, kecepatan dalam menyelesaikan konflik antar manusia, perasaan diperlakukan adil baik yang berkaitan dengan pribadi ataupun tugas.
            Sementara itu, Ghiselli dan Brown (As’ad, 2003) mengemukakan lima faktor yang menimbulkan kepuasan kerja, yaitu :
1. Kedudukan/posisi
            Secara umum terdapat anggapan atau pendapat bahwa individu yang bekerja pada tingkat pekerjaan yang lebih tinggi akan cenderung lebih puas daripada individu yang bekerja pada tingkat pekerjaan yang lebih rendah. Dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa hal tersebut tidak selalu benar, perubahan tingkat pekerjaanlah yang mempengaruhi kepuasan kerja.
2. Pangkat/golongan
            Dalam hal ini pekerjaan yang mendasarkan perbedaan tingkat (golongan) sehingga pekerjaan tersebut memberikan kedudukan tertentu pada orang yang melakukannya. Jika terdapat kenaikan gaji, maka sedikit banyaknya akan dianggap sebagai kenaikan pangkat/golongan dan kebanggan terhadap kedudukan baru tersebut akan merubah perilaku dan perasaan.
3. Umur/usia
            Umur dinyatakan memiliki hubungan antara kepuasan kerja dengan umur karyawan. Umur antara 25 sampai 34 tahun dan umur 40 sampai 45 tahun merupakan umur-umur yang bisa menimbulkan perasaan kurang puas terhadap pekerjaan.
4. Jaminan finansial dan jaminan sosial
            Masalah financial dan jaminan social secara umum berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
5. Mutu Pengawasan
            Hubungan antara karyawan dengan pihak manajemen perusahaan sangat penting dalam arti menaikkan produktivitas kerja. Kepuasan karyawan dapat ditingkatkan melalui perhatian dan hubungan yang baik dari pimpinan kepada bawahan sehingga karyawan akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian yang terpenting dari organisasi kerja tersebut, atau kata lainnya rasa memiliki (sense of belonging).

            Kepuasan kerja karyawan ini nantinya akan diukur menggunakan penilaian responden terhadap beberapa indicator seperti hubungan dengan pimpinan, hubungan dengan rekan, lingkungan fisik kerja, saran atau kritik dari rekan kerja, hasil penyelesaian tugas dan tanggung jawab, perasaan di tengah keluarga terkait dengan kebutuhan tugas di kantor, perasaan jika mendapat penghargaan dari atasan, perasaan atau penilaian terhadap gaji, tunjangan dan bonus yang diberikan perusahaan, penilaian terhadap jaminan atau asuransi kesehatan, jaminan pension, dan penilaian terhadap cuti kerja.

B. Islam dan Kepuasan Kerja
            Jika kepuasan kerja dikaitkan dengan ajaran Islam maka yang muncul adalah tentang ikhlas, sabar, dan syukur. Ketiga hal tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari sangat berkaitan dengan permasalahan yang muncul dalam bekerja terutama kepuasan kerja. Bekerja dengan ikhlas, sabar dan syukur kadang-kadang memang tidak menjamin menaikkan output. Tapi sebagai proses, bekerja dengan ketiga aspek tersebut memberikan nilai tersendiri. Dengan bekerja secara ikhlas yang disertai dengan sabar dan syukur maka ada nilai satisfaction tertentu yang diperoleh, yang tidak hanya sekedar output. Ketika pekerjaan selesai, maka ada kepuasan yang tidak serta merta berkaitan langsung dengan output yang diperoleh. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Ibrahim ayat 7 yang artinya, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
            Bekerja dengan tidak disertai ikhlas, sabar dan syukur bisa menjadikan orang bermuka cemberut menyelesaikan tugas. Pekerjaan memang selesai, output ada, dan target bisa diperoleh. Tapi keberhasilan yang diperoleh bila bekerja tidak ikhlas, bisa membawa rasa marah dan capai.      Orang yang menyelesaikan pekerjaan dengan rasa ikhlas, sabar dan syukur mempunyai aura tubuh yang menggembirakan. Senyum yang cerah dan riang. Sebaliknya orang yang bekerja tidak ikhlas, sabar dan syukur akan tetap merasa tertekan, dan tidak puas, meski target dan output kegiatannya terpenuhi.
            Untuk bekerja secara ikhlas dengan sabar dan syukur, memerlukan sikap menerima apa adanya atau legowo. Seseorang yang memiliki sikap menerima apa adanya atau legowo bisa menerima keberhasilan dan ketidakberhasilan. Selalu siap menerima kenyataan bahwa output kerjanya lebih banyak dinikmati orang lain daripada untuk diri sendiri. Meski sudah kerja keras, dan kerja keras, outputnya ternyata adalah untuk pihak lain. Oleh sebab itu, kita diharuskan untuk bersyukur dan melihat ke golongan bawah serta tidak membandingkan dengan golongan atas. Hal tersebut sesuai dengan hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, dia berkata “Rasulullah Saw pernah bersabda, "Lihatlah orang yang dibawahmu, jangan lihat orang yang diatasmu. Dengan begitu maka kamu tidak menganggap kecil terhadap nikmat Allah yang kau terima." (HR Bukhari-Muslim).
            Di era kompetisi kerja yang sangat keras dan ketat, bekerja dengan ikhlas, sabar dan syukur menjadi suatu tantangan yang berat. Tidak mudah untuk menerima kenyataan dimana seorang yang berhasil "menang", kompetisi dalam bekerja, ternyata outputnya lebih banyak untuk orang lain. Dengan bekerja secara ikhlas, sabar dan syukur tantangan yang berat itu menjadi ringan.
            Jika seseorang tersebut bekerja dengan ikhlas, sabar dan syukur maka ketika diberi nikmat oleh Allah SWT, ia akan berdoa sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah surat Al An’am: 19 yang berbunyi :
“Ya Tuhanku, anugerahilah aku kemampuan untuk mensyukuri nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku”.
            Syukur berarti memaksimalkan potensi yang ada, punya fisik yang sempurna digunakan dengan baik, indra yang diberikan akan maksimal jika kita menyadari akan potensinya, kondisi sadar atas kepemilikan diri adalah konsep syukur, begitu juga kita diberi umur, kesehatan digunakan dengan baik, harta yang cukup digunakan seefektif dan seefisien mungkin. Jika tidak mendapatkan itu  selanjutnya adalah sabar dan ikhlas dengan tetap memperhatikan potensi diri, memahami kondisinya, tetap stabil tidak larut dalam kesedihan atau kesenangan, tidak mudah putuh asa yang mengakibatkan stres atau depresi yang akan menimbulkan prilaku negatif, merugikan diri sendir bahkan orang lain, jadi bukan sabar yang ’bodoh’ tetapi penuh dengan kreatifitas, keteguhan, optimis jiwanya, tidak gampang terombang-ambing keadaan, Itulah kesadaran kita tetap terjaga dan terbaharui yang memungkinkan untuk mengambil keputusan dan tindakan secara bijaksana walaupun dalam situasi yang sulit sekalipun (Fahruddin, 2009).

BAB III
KESIMPULAN

            Dalam menjalani pekerjaan kita sehari-hari hendaknya kita selalu mensinergikan rasa ikhlas, sabar dan syukur agar dalam bekerja kita bisa memaksimalkan potensi yang ada di diri kita tanpa selalu melihat adanya materi, dan lain-lain.
            Rasa bersyukur yang telah ada hendaknya selalu ditumbuhkan dengan selalu melihat kepada golongan bawah, sebagaimana hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, dia berkata “Rasulullah Saw pernah bersabda, "Lihatlah orang yang dibawahmu, jangan lihat orang yang diatasmu. Dengan begitu maka kamu tidak menganggap kecil terhadap nikmat Allah yang kau terima." (HR Bukhari-Muslim).
            Selain itu juga dalam bekerja kita harus senantiasa bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT karena dengan bersyukur, maka nikmat yang ada akan semakin ditambah oleh-Nya, hal ini senada dengan yang difirmankan oleh Allah dalam surat Ibrahim ayat 7 yang artinya : Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
            Berbagai sarana telah disediakan bagi tumbuhnya rasa syukur, sabar dan ikhlas dalam diri, baik berupa kenikmatan ataupun ujian, bertafakkur terhadapnya, ambil nilai hikmah, evaluasi diri dan melihat dari dekat ujian yang ditimpakan, tuntutan menyempurnakan ikhtiar, selalu husnuzhan kepada Allah, jangan berputus asa dari rahmat-Nya. Gaji kecil, lingkungan kerja yang tidak kondusif, atasan yang tidak kompeten, dan lainnya bagi mereka bukan sebuah bencana, tetapi lebih merupakan ujian yang dijanjikan Allah Swt yang akan berbuah pada meningkatnya kualitas (kesadaran) iman dalam bekerja, sehingga hidup tetap optimis untuk maju, bukan malah menyerah pada keadaaan dengan mengatakan “ini sudah takdir” atau “saya sabar terima kondisi ini” tanpa sedikitpun melakukan perubahan.
DAFTAR PUSTAKA

As'ad, M. Psikologi Industri: Seri Sumber Daya Manusia. Yogjakarta: Liberty, 2003.

Mangkunegara, A.P. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Munandar, A.S. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI-Press, 2001.

Robbins, S.P. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jakarta: Prenhallindo, 2003.

Alim, M. B. Teori Herzberg dan Kepuasan Kerja Karyawan. http://www.psikologizone.com/teori-herzberg-dan-kepuasan-kerja-karyawan, 2009.

Fahruddin, M. Teologi Sabar. http://www.mukhlisfahruddin.web.id/2009/04
/teologi-sabar.html, 2009.  

sumber: m.rosikhul iman

Rabu, 08 Februari 2012

E-education

I.     Latar Belakang Masalah
Pendidikan dalam arti sempit adalah usaha sadar dari orang dewasa untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan anak didik untuk mencapai kedewasaannya, sedangkan dalam arti luas adalah proses perubahan tingkah laku manusia untuk perkembangan kepribadian dan kemampuannya.
Kemajuan teknologi, ketersediaan barang, modal, dan sumber daya manusia terjadi di dunia menuntut terjadinya reformasi pendidikan. Reformasi pendidikan sangat diperlukan mengingat model pendidikan Indonesia yang masih indokrinatif (masih memberikan doktrin kepada siswa), dogmatis, gaya bank (guru selalu memberikan pengetahuan tanpa mengembangkan sifat aktif kepada siswa).opersif birokratis, dan orientasi pendidikan yang tidak sesuai dengan jiwa dan semangat reformasi pendidikan yang mengingkan daerah, demokratisasi,era teknologi informasi dan kehidupan global. Akibatnya kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan dari lembaga pendidikan relative sangat rendah.
Dalam hubungan ini pendidikan yang berkualitas globalisasi diperlukan pserta didik untuk menjawab tantangan global. Pendidikan merupakan usaha sadar yang terencana, terprogam dan berkesinambugan memnbantu peserta didik mengembangkan kemampuannya secara optimal baik secara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka implementasi pendidikan harus didasarkan pada fondasi pendidikan yaitu memiliki prinsip learning to know, learning to do, learning to be, learning to live togher. [1]

PP No. 19 Tahun 2005, Pasal 19, ayat 1 menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.[2]
Peranan e-education yang begitu banyak memberi kontribusi positif idealnya harus diterapkan di semua lini pendidikan di Indonesia. Dari pendidikan dasar, menengah hingga ke pendidikan tinggi. Dari perdesan hingga perkotaan. Namun pada kenyataannya penerapan pendidikan berbasis elektronik secara merata di tanah air bukan tanpa kendala alias tidak semudah membalikkan telapan tangan. Banyak sekali kendala di Indonesia yang menyebabkan IT dan Internet belum dapat digunakan seoptimal mungkin pada institusi pendidikan

II.      Pembahasan
2. 1 E-education
                        E-education merupakan salah satu istilah yang digunakan untuk memberi istilah pada kegiatan pendidikan melalui internet. E- education lahir sebagai inovasi dari berkembangnya dari para ahli Teknologi Informatika dan para pendidik yang kiranya akan menjadi trend pendidikan masa depan. Tujuan dari e-education adalah  menciptakan sistem yang memudahkan dan menyederhanakan proses untuk meng-upload dan men-download materi pendidikan sehingga pendidik setiap saat dapat memperbarui modul-modulnya.
2.1.1.              Ruang Lingkup E-education adalah :
·         System informasi e-education
·          Chatting
·         News group
·          Web page
·          Rencana belajar
·          Konsultasi elektronik
·          E-laboratory
·          E-books
·         E-news
·          Video conference
2.1.2    Komunitas E-Education adalah :
Ø  Internal
·      Penyelenggara institusi pendidikan
·      Guru
·       Siswa
Ø   Eksternal
·       LSM yang konsern terhadap pendidikan
·       Pemerintah
·        Pengguna lulusan
·        Agen pendidikan
·        Orang tuan siswa
·        Penerbit e-book, e-media
·        Penyedia infrastruktur e-education
·        Forum lembaga pendidikan

2.1.3        Metodologi  yang digunakan dalam E-education
Rancangan sistem yang dibuat untuk mengolah data mengenai berbagai hal menjadi suatu interface  yang tersturktur dan sistematis yang berfungsi untuk para pengguna dapat mengakses berbagai informasi dan ilmu pengetahuan secara efektif dan efisien, serta menu aplikasi terdiri dari dua bagian. Diantaranya :
a.       expert
ADMIN
 
pengguna dapat memilih suatu kategori tertentu, content  kategori terpilih akan ditampilkan dalam aplikasi e-education dan informasi yang disediakan. Adapun informasi yang ditampilkan dalam aplikasi :

                                                                                      Data Solusi
                                                                                       Informasi berita
                                                                                        Data Provinsi
                  Informasi Refrensi Buku
Oval: Pemanfaatan E-education sebagai sarana pembelajaran khusus dalam bidang computer                   Data Software pendukung
                  Data Materi Edukasi
      Informasi Login Admin







 


           
                                                                                          Identitas user
                                                                                          Isi User                                                                       
                  Data Konsultasi
                  Data solusi
                                                      Informasi Login User
USER
 
                                                      Data Materi Edukasi








Text Box: Gambar 1 : Konteks Pengembangan E-education
 









b.      Builder
Bagian builder hanya dapat diakses oleh administrator.Administator mengelola informasi yang akan diinformasikan pada bagian expert. Para adminstator dapat membuat katgeori dan menambahkan conten  berupa mata pelajaran informasi yang dibutuhkan berupa: gambar, materi pembelajaran, rekaman materi, rubrik diskusi dan dialog. Administator memiliki wewenang utnuk menghapus data dan informasi yang sudah tidak dipergunakan lagi.
Oval: development SoftawareDiagram konteks adalah suatu gambaran proses keseluruhan dari proses suatu sistem yang telah dirancang secara garis besar. Berikut adalah contoh gambar diagram konteks dari sistem pemanfaatan E-education sebagai sarana proses pembelajaran computer.


 
Oval: Subsystem Design
subsystem specification
 
                      Archicture Document
Artictural Learn







Develope Analize
 

 



                                          Artictural Prothype
Gambar 2 :The Artefac Analisus set [3]

2.1.4  Konsep E-education adalah :
· Sebuah virtual, pararel dengan sistem nyata
· bukan sekedar network, internet, aplikasi, basis web
· komponen non fisis ( tugas, diskusi,materi)


2.1.5        Visi Dasar E-Education Indonesia
a)      Mengurangi kekurangan infrastruktur pendidikan secara fisik agar terjadi pemerataan pendidikan yang menjangkau masyarakat secara luas.Penyediaan gedung, perpustakaan, laboratorium, guru dan sarana lainnya telah menjadi beban bagi pengelola dunia pendidikan selama ibi sehingga pendidikan belum dapat dinikmati secara merata oleh masyarakat.
b)       e-Education memberi peluang untuk melakukan penghematan dan penataan finansial secara terintegrasi.
c)      pemenuhan terhadap tuntutan standar kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui pembangunan lingkungan e-Education dimana lembaga yang memiliki kurikulum pendidikan yang standar dan berkualitas dapat diakses oleh siapa saja yang membutuhkannya.
d)     Sekolah lebih mudah beradaptasi dengan perkembangan terakhir dunia pendidikan melalui model e-Education karena perubahan dan penyesuaian materi pendidikan dapat dilakukan dengan mudah dan jauh lebih murah daripada model sekolah tradisional.
e)      Model e-Education ini lebih menawarkan fleksibilitas dan mobilitas bagi pengaksesnya. Tidak ada alasan mengenai waktu dan tempat bagi masyarakat usia sekolah.
f)       Dalam lingkungan e-Education, kecepatan transfer dan distribusi ilmu pengetahuan dan teknologi sangat cepat. Setiap saat materi pendidikan baru segera dapat disajikan.[4]


2.1.6        Manfaat E-education sebagai berikut :
a.       Bagi Lembaga Pendidikan
·           Memperpendek jarak dan memperluas jangkauan pendidikan
·           Perluasan jaringan mitra kerja
·           Biaya terkendali dan lebih hemat
·           Peningkatan layanan pendidikan
·           Peningkatan produktivitas
·           Mempermudah akses informasi
2.1.7   Kendala E-education
3            Belum terbentuknya high trust society
4            Masih belum memadainya sarana / prasarana
5            Masih kurangnya SDM yang memahami dan menguasai konsep dan implementasi sistem dan teknologi informasi
6            Belum adanya aturan yang jelas dari pemerintah
7            Etika dan moralitas masih belum mendapat tempat yang memadai
8            Sulitnya mengubah perilaku siswa yang cenderung pasif untuk menghadapi pola siswa aktif
2.1.4 Macam-macam E-education
2.2 E-elarning (Electronic Learning)
            Darlin Hartley mengatakan e-elearning adalah suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar kepada siswa dengan menggunakan media internet atau media jaringan komputer lain.
            Glosarry Of Learning Terms menyatakan bahwa e-elarning adalah suatu sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media internet,jaringan computer maupun computer standalone.

            Dari berbagai definisi di atas maka dapat kita simpulkan e-elearning adalah :
  • Metode belajar-mengajar menggunakan media jaringan computer dan internet.
  • Tersampaikannya bahan ajar (isi) dengan melalui media elektronik
  • Adanya sistem aplikasi elektronik yang mendukung proses belajar-mengajar.
              2.2.1 Tujuan Penerapan E-Learning
·                               Menjawab tantangan globalisasi  khususnya bidang pendidikan
·                               Meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar
·                               Membiasakan penggunaan teknologi
2.2.2   Manfaat E-Learning
1. Bagi Guru
·  Tampil percaya diri
·  Meminimalisir kesalahan informasi
·  Mudah mencari bahan ajar
·  Pengajaran lebih efektif
2. Bagi Siswa
·    Pelajaran lebih mudah dipahami
·    Tingkat kesalahan informasi dari guru lebih kecil
·    Pembelajaran lebih menyenangkan dan bermakna
3. Bagi Sekolah
·    Kepercayaan stake holder meningkat
·    Memudahkan pemetaan kompetensi guru
·    Prestasi sekolah lebih meningkat
2.2.3        Faktor  yang  Dipertimbangkan  Sebelum  Memanfaatkan  e-LEARNING
Ahli-ahli pendidikan dan internet menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum seseorang memilih internet untuk kegiatan pembelajaran (Bullen, 2001; Hartanto dan Purbo, 2002; Soekartawi et.al, 1999; Yusup Hashim dan Razmah, 2001) antara lain:
a. Analisis Kebutuhan (Need Analysis)
Dalam tahapan awal, satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah apakah memang memerlukan e-learning. Untuk menjawab pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan perkiraan atau dijawab berdasarkan atas saran orang lain. Sebab setiap lembaga menentukan teknologi pembelajaran sendiri yang berbeda satu sama lain. Untuk itu perlu diadakan analisis kebutuhan atau need analysis. Kalau analisis ini telah dilaksanakan dan jawabannya adalah membutuhkan atau memerlukan e-learning, maka tahap berikutnya adalah membuat studi kelayakan (Soekartawi, 1995), yang komponen penilaiannya adalah:
• Apakah secara teknis dapat dilaksanakan (technically feasible). Misalnya apakah jaringan Internet bisa dipasang, apakah infrastruktur pendukungnya, seperti telepon, listrik, komputer, tersedia, apakah ada tenaga teknis yang bisa mengoperasikannya tersedia;
• Apakah secara ekonomis menguntungkan (economically profitable); misalnya apakah dengan e-learning kegiatan yang dilakukan menguntungkan atau apakah retrun on investment (ROI)-nya lebih besar dari satu; dan
• Apakah secara sosial penggunaan e-learning tersebut diterima oleh masyarakat (socially acceptable).
b. Rancangan Instruksional
Dalam menentukan rancangan instruksional ini perlu dipertimbangkan aspek-aspek (Soekartawi, et al, 1999; Yusup Hashim and Razmah, 2001):
• Course content and learning unit analysis, seperti isi pelajaran, cakupan, topik yang relevan dan satuan kredit semester.
• Learner analysis, seperti latar belakang pendidikan siswa, usia, seks, status pekerjaan, dsb-nya.
• Learning context analysis, seperti kompetisi pembelajaran apa yang diinginkan hendaknya dibahas secara mendalam di bagian ini.
• Instructional analysis, seperti bahan ajar apa yang dikelompokan menurut kepentingannya, menyusun tugas-tugas dari yang mudah hingga yang sulit, dsb-nya.
• State instructional objectives. Tujuan instruksional ini dapat disusun berdasarkan hasil dari analisis instruksional.
• Construct criterion test items. Penyusunan test ini dapat didasarkan dari tujuan instruksional yang telah ditetapkan.
• Select instructional strategy. Strategi instruksional dapat ditetapkan berdasarkan fasilitas yang ada.
c. Tahap Pengembangan
Berbagai upaya dalam rangka pengembangan e-learning bisa dilakukan mengikuti perkembangan fasilitas ICT yang tersedia. Hal ini terjadi karena kadang-kadang fasilitas ICT tidak dilengkapi dalam waktu yang bersamaan. Begitu pula halnya dengan prototype bahan ajar dan rancangan instruksional yang akan dipergunakan terus dikembangkan dan dievaluasi secara kontinue.
d. Pelaksanaan
Prototype yang lengkap bisa dipindahkan ke komputer (LAN) dengan menggunakan format tertentu misalnya format HTML. Uji terhadap prototype hendaknya terus menerus dilakukan. Dalam tahapan ini seringkali ditemukan berbagai hambatan, misalnya bagaimana menggunakan management course tool secara baik, apakah bahan ajarnya benar-benar memenuhi standar bahan ajar mandiri (Jatmiko, 1997).


e. Evaluasi

Proses dari kelima tahapan diatas diperlukan waktu yang relatif lama, karena prototype perlu dievaluasi secara terus menerus. Masukan dari orang lain atau dari siswa perlu diperhatikan secara serius. Proses dari tahapan satu sampai lima dapat dilakukan berulang kali, karena prosesnya terjadi terus menerus.
Akhirnya harus pula diperhatikan masalah-masalah yang sering dihadapi sebagai berikut:
·      Masalah akses untuk bisa melaksanakan e-learning seperti ketersediaan jaringan internet, listrik, telepon dan infrastruktur yang lain.
·      Masalah ketersediaan software (piranti lunak). Bagaimana mengusahakan piranti lunak yang tidak mahal.
·      Masalah dampaknya terhadap kurikulum yang ada.
·      Masalah skill and knowledge.
·      Attitude terhadap ICT
Oleh karena itu perlu diciptakan bagaimana semuanya mempunyai sikap yang positif terhadap ICT, bagaimana semuanya bisa mengerti potensi ICT dan dampaknya ke anak didik dan ke masyarakat. Sehingga penggunaan teknologi baru bisa mempercepat pembangunan.
2.2.4. Perangkat yang Diperlukan
1. Komputer
2. Jaringan: internet
3. Audio: wireless, tape
4. Visual: TV, LCD
2.2.5 Kendala-Kendala Penerapan E-Learning
·      Belum semua guru menguasai ICT
·      Belum semua guru mau menerima keberadaan ICT
·      Belum tersedianya hardware & sofware
2.2.6  Penerapan Pembelajaran E-elearning
       Pembelajaran synchronous :
      Tele conference adalah pembelajaran yang dikembangkan melalui internet di mana pembelajar berkumpul pada suatu tempat dan instruktur berada pada tempat yang terpisah dan komunikasi dilangsungkan melalui internet dengan menggunakan kamera dan audio
      Netmeeting hampir menyerupai tele conference, perbedaannya terletak pada pembelajar yang juga dipisahkan oleh tempat, dan komunikasi dilangsungkan melalui internet dengan menggunakan kamera dan audio
      Chatting kegiatan pembelajaran yang dilakukan melalui fasilitas chat-room, di mana instruktur dan pembelajar terhubung melalui internet pada waktu yang bersamaan, dan komunikasi dilakukan secara tertulis
       Pembelajaran asynchronous :
      Email adalah : pembelajaran dilakukan melalui surat menyurat (elektronik/internet) antara instruktur dengan pembelajar
      Message board : pembelajaran dilakukan secara tertulis melalui fasilitas papan pesan
      Mailing list : pembelajaran dilakukan melalui surat menyurat (elektronik/internet) antara instruktur dengan pembelajar, di mana seluruhnya tergabung dalam kelompok mailing list
      WWW : adalah pembelajaran yang dikembangkan melalui berbagai situs yang terdapat di internet
·  Pembelajaran melalui WWW terbagi atas :
1.    E-learning update content (inform) à mengunjungi berbagai situs dalam rangka update pengetahuan seperti :
a. Artikel, jurnal, situs spesifik
b.        E-book
c.         E-laboratory
d.        E-news
e.         E-library
2.     E-learning (perform) terbagi atas :
·      Perform-procedure à membelajarkan langkah demi langkah tugas (task), contoh training keterampilan komputer
·      Perform-principle à membelajarkan berbasis prinsip di mana jawaban tidak hanya satu, contoh training tentang bagaimana mendisain web
·      Aplikasi Pembelajaran Berbasis Web
Ø Silabus berbasis web
Ø E-mail
Ø Forum diskusi elektronik (mailing list)
Ø Bahan kuliah on-line
Ø Buku nilai on-line
Ø Ujian berbasis komputer
2.2.7 Teknologi Pendukung E-elearning
Dalam prakteknya e-learning memerlukan bantuan teknologi. Dalam perkembangannya, komputer yang paling populer dipakai sebagai alat bantu pembelajaran secara electronic, karena itu dikenal dengan istilah:
  • computer based learning (CBL) yaitu pembelajaran yang sepenuhnya menggunakan komputer; dan
  • computer assisted learning (CAL) yaitu pembelajaran yang menggunakan alat bantu utama komputer.
Saat pertama-tama komputer mulai diperkenalkan khususnya pada pembelajaran, maka ia menjadi dikenal atau populer di kalangan anak didik. Bisa dimengerti karena berbagai variasi teknik mengajar bisa di buat dengan bantuan komputer tersebut.
Setelah itu teknologi pembelajaran terus berkembang. Namun pada prinsipnya teknologi tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
• Technology based learning, dan
• Technology based web-learning.
Technology based learning ini pada prinsipnya terdiri dari Audio Information Technologies (radio, audio tape, voice mail telephone) dan Video Information Technologies (misalnya: video tape, video text, video messaging). Sedangkan technology based web-learning pada dasarnya adalah Data Information Technologies (misalnya: bulletin board, Internet, e-mail, tele-collaboration).
Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari, yang sering dijumpai adalah kombinasi dari teknologi yang dituliskan di atas (audio/data, video/data, audio/video). Teknologi ini juga sering di pakai pada pendidikan jarak jauh (distance education), dimasudkan agar komunikasi antara murid dan guru bisa terjadi dengan keunggulan teknologi e-learning ini.






III. Kesimpulan
E-education merupakan terobosan dalam dunia pendidikan untuk mempermudah proses pendidikan dari pembelajaran yang sangat sederhana dengan dibatasi ruang dan waktu,menjadi pembelajaran jarak jauh yang dapat meningkatkan hasil belajar secara efektif, dan efisien.
e-Learning adalah pembelajaran yang memerlukan alat bantu elektronika. Bisa berupa technology base learning seperti audio dan video atau web-base learning (dengan bantuan perangkat computer dan internet). Penggunaan teknologi e-learning sebenarnya bisa dipakai untuk pendidikan tatap muka atau pendidikan jarak jauh tergantung dari kepentingannya.
e-Learning akan dimanfaatkan atau tidak sangat tergantung bagaimana pengguna memandang atau menilai e-learning tersebut. Namun umumnya digunakannya teknologi tersebut tergantung dari: (1). Apakah teknologi itu memang sudah merupakan kebutuhan (2). Apakah fasilitas pendukungnya yang memadai, (3). Apakah didukung oleh dana yang memadai dan (4). Apakah ada dukungan dari pembuat kebijakan.
Pada makalah ini telah dijelaskan apakah itu e-learning dan bagaimana kemungkinan aplikasinya untuk pembelajaran, khususnya pembelajaran terbuka dan jarak jauh. Keunggulan dan kelemahan telah diulas serta prospeknya untuk masa depan pendidikan di Indonesia juga telah dibahas. Upaya-upaya apa yang perlu dipersiapkan kalau seseorang atau lembaga tertentu akan memanfaatkan Internet untuk pendidikan juga telah disinggung. Begitu pula halnya dengan dukungan pemerintah untuk e-learning ini juga telah ditampilkan.
Sering orang atau pengguna mencoba memulai teknologi e-learning ini dengan tanpa pertimbangan yang matang. Ia menggunakan e-learning agar supaya kelihatan bergengsi. Oleh karena itu satu hal yang perlu diperhatikan sebelum seseorang memanfaatkan internet untuk pembelajaran, yaitu melakukan analisis kelayakan untuk menjawab apakah memang memerlukan e-learning.
Dalam analisis ini tentunya sudah termasuk apakah secara teknis internet atau e-learning bisa dilaksanakan (technically feasible). Analisis ini menyangkut tersedianya hard-ware khususnya komputer (dengan network-nya), listrik, telepon dan soft-ware-nya khususnya tersedianya tenaga, bahan ajar yang siap di-online-kan dan management course tools yang akan dipakai. Juga apakah secara ekonomis penggunaan internet ini menguntungkan (economically profitable). Analisis ekonomi seperti Benefit per Cost (B/C) ratio, Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV) atau Return on Investment (ROI) bisa dipakai sebagai alat ukur. Selanjutnya apakah secara sosial, penggunaan e-learning itu diterima oleh masyarakat (socially acceptable).
Namun pengunaan e-learning untuk pembelajaran telah disiapkan secara baik dan kualitas penyelenggaraannya juga baik, masyarakat belum bisa menerimanya karena mereka menganggap cara-cara pendidikan konvensional dianggap lebih baik. Untuk itu harap diperhatikan masalah akuntabilitas dalam menggunakan teknologi informasi tersebut.









REFRENSI
Hartanto, A.A. dan Purbo, O.W. Teknologi e-Learning Berbasis PHP dan MySQL, Elex Media Komputindo, Jakarta. (2002),
Jatmiko, R. Enhancing Learning Experiences through the Use of Internet. Paper presented at the International Symposium on Distance Education and Open Learning organized by MONE Indonesia, IDLN, SEAMOLEC, ICDE, UNDP and UNESCO, Tuban, Bali, Indonesia, 17-20 November 1997.
Mulvihill, R.P. Technology Application to Distance Education. Paper presented at the International Symposium on Distance Education and Open Learning organized by MONE Indonesia, IDLN, SEAMOLEC, ICDE, UNDP and UNESCO, Tuban, Bali, Indonesia, 17-20 November 1997.
Munaf, D.R. Cultural Threats on Development of ICT as a Tool for Open and Distance Learning. Speech delivered at the 7th International Symposium on Distance Education and Open Learning at Yogyakarta, November 2001.
Soekartawi Monitoring dan Evaluasi Proyek Pendidikan, PT Rajawali Press, Jakarta. (1995),
                 , Prospek Pembelajaran Melalui Internet. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional ‘Teknologi Kependidikan’ yang diselenggarakan oleh UT-Pustekkom dan IPTPI, Jakarta, 18-19 Juli 2002.
              .e-Learning: Konsep dan Aplikasinya. Bahan-Ceramah/Makalah disampaikan pada Seminar yang diselenggarakan oleh Balitbang Depdiknas, Jakarta, 18 Desember 2002.
           . The Role of Regional Organization for Mass Education. Invited paper presented at the International Conference on Lifelong Learning organized by Asian European Institute, Kuala Lumpur, 13-15 May 2002.
             Prospects and Challenges e-Learning: A Review. Makalah disampaikan di seminar internasional di UPSI, Tanjong Malim, 24-25 September 2003.
Soekartawi, A. Haryono dan F. Librero Greater Learning Opportunities Through Distance Education: Experiences in Indonesia and the Philippines. Southeast Journal of Education (December 2002)
UU.No 19 Tahun 2005 : Sistem Pendidikan Nasional
www. Reorientasi Pengembangan Pendidikan di Era Globalisasi.com diakses pada tanggal 2 November 2010


[1] www. Reorientasi Pengembangan Pendidikan di Era Globalisasi.com diakses pada tanggal 2 November 2010
[2] UU.No 19 Tahun 2005 : Sistem Pendidikan Nasional
[3] Makalah ini dipresentasikan pada “ Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009.Diakses pada tanggal 7 November 2010
[4] Sumber : Budi Sutedjo Dharma Oetomo,S.Kom, MM , e-Education Konsep, Teknologi, Aplikasi Internet Pendidikan, Penerbit Andi Yogyakarta (http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2037910-visi-dasar-education-di-indonesia/) dikses pada tanggal 4 januari 2011. Jam 08:30